Analisis Penggunaan Abu Batu Apung Pengganti Filler Untuk Campuran Aspal
##plugins.themes.academic_pro.article.main##
Abstract
Peningkatan kebutuhan akan infrastruktur jalan yang bermutu mendorong upaya untuk mengembangkan material perkerasan yang tidak hanya kuat dan tahan lama, tetapi juga ramah lingkungan. Dalam campuran aspal panas (AC-WC), filler memiliki peran penting sebagai pengisi celah antar agregat serta untuk memperkuat struktur campuran. Selama ini, penggunaan filler konvensional masih mendominasi, namun material alternatif dari sumber alam mulai banyak diteliti untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan industri. Salah satu material yang potensial adalah abu batu apung, yakni material vulkanik alami yang memiliki sifat ringan, berpori tinggi, serta kandungan silika yang melimpah. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan abu batu apung sebagai bahan substitusi filler dalam campuran aspal. Metode yang digunakan adalah pengujian eksperimental di laboratorium dengan pendekatan uji Marshall. Campuran diuji dengan variasi proporsi abu batu apung sebesar 10%, 50%, dan 100% dari total filler yang dibutuhkan. Pengujian dilakukan terhadap beberapa parameter utama, yaitu stabilitas, flow, kepadatan, VIM (void in mix), VMA (void in mineral aggregate), VFA (void filled with asphalt), serta nilai Marshall Quotient (MQ). Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan abu batu apung hingga 50% masih mampu memenuhi standar teknis berdasarkan Spesifikasi Umum Bina Marga tahun 2018, namun yang memasuki spesifikasi secara keseluruhan yaitu pada persentase 10%. Nilai-nilai stabilitas, flow, dan MQ masih berada dalam batas yang diperbolehkan. Namun, pada penggunaan 100% abu batu apung, terjadi penurunan performa campuran yang cukup signifikan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa abu batu apung layak dijadikan bahan pengganti filler hingga batas 50%, yang dapat mendukung efisiensi material dan penerapan konsep pembangunan berkelanjutan.